PRESS RELEASE
Jakarta, 30 Desember 2008
Seminar All About Indonesia Movie
Diskusi : Film dan Sensor “Kritisi Perfilman Indonesia” : Buka Pandangan Mengenai Perfilman Indonesia Pasca Putusan UU Perfilman
Setelah beberapa kali mengalami kendala dengan berganti-ganti tema, akhirnya seminar All About Indonesia Movie dengan tema diskusi Film dan Sensor “Kritisi Perfilman Indonesia” pun berhasil diselenggarakan di ruang 46 kampus Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta, pada 30 Desember 2008. Acara tersebut menghadirkan dua narasumber dari Masyarakat Film Indonesia (MFI), yaitu : Tito Imanda (Anggota MFI), dan Dyah Aryani P.,SH, MH (Lawyer/Konsultan Hukum MFI). Acara tersebut terselenggara atas kerjasama Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Kajian Radio, Televisi, dan Film (UKM-FKRTF) IISIP Jakarta, Seventeen, dan CitaCinta.
Acara yang membahas mengenai pasca putusan UU Perfilman oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dan dimenangkan oleh lembaga Sensor Film (LSF) atas MFI ini digelar dengan tujuan mengajak mahasiswa untuk tidak hanya sekadar menjadi penikmat film saja tetapi dapat mengkritisi film yang kita tonton. Selain itu, diharapkan dengan adanya acara ini dapat membuka pandangan mengenai kontroversi yang sempat menegangkan antara dua kubu, yaitu LSF dan MFI.
Pihak yang mendukung penghilangan sensor (MFI) berargumen bahwa sensor tidak berpihak kepada kebebasan berekspresi, perlindungan konsumen, serta menunjukkan nilai-nilai budaya patriarkal yang membuat masyarakat melihat moral secara sempit.
Pihak yang mendukung keberadaan pasal-pasal sensor (LSF) berulang-ulang menyatakan bahwa sensor merupakan prasyarat bagi perlindungan moral masyarakat, terutama untuk anggota-anggota masyarakat yang belum matang cara berpikirnya dari kebebasan yang tidak terbatas. Pihak yang mendukung gugatan ke Mahkamah Konstitusi ini pun dituding sebagai pihak yang tidak bermoral dan hanya peduli pada kebebasan berekspresi tanpa menawarkan pertanggung-jawaban kerusakan moral yang mereka hasilkan.
Diskusi tersebut disambut meriah oleh para peserta dengan sesi tanya jawab. Tak hanya mahasiswa dari kampus IISIP Jakarta yang berpartisipasi dalam acara tersebut. Mahasiswa dari kampus lain pun tak ketinggalan, antara lain mahasiswa dari Universitas Jayabaya dan lain-lain.
Bagi ketua pelaksana, Dewi Rachmat Kusuma, acara tersebut bisa dikatakan sukses karena hampir setengah peserta hadir dari target yang diinginkan meskipun pada hari itu sempat berbarengan dengan acara-acara lain di kampus. Acara ditutup dengan menyerahkan plakat kepada sejumlah pembicara dan moderator. (wie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar